…..

 

The Holidays…

Liburan ini aku cenderung menghabiskan waktu di kamar, aku sekarang jarang makan, tak salah jika badanku kini kecil. Aku keluar dari kamar jika aku ingin makan atau mandi. Terkadang Om Jaya atau Tio yang membawakanku makan ke kamar, karena aku sering menolak untk makan di meja makan. Hari libur ke dua, kata Tio ada 4 temanku yang datang ke sini, namun tanteku bilang aku pulang ke Jakarta dalam liburan ini. Jika sebelum mereka datang SMS terlebih dahulu pasti aku bisa menemuinya, aku jenuh dengan suasana kamar ini. Aku tak tahu apa yang dimau oleh keluarga ini dariku. Disini aku seperti babu yang disiksa terus.

“Tiwi ! keluar dari kamar! Bersihkan gudang samping garasi sekarang juga! Nanti sore gudang itu bakal buat naruh motor baru !” teriak tante Rani.

Begini ya, suruh bersihin gudang, okelah, tapi kalau nggak usah pakai keterangan untuk apanya bisa nggak ? kali ini aku sangatlah geram. Akupun bergegas menuju gudang, aku tak mau lagi kena hukuman fisik oleh tanteku lagi. Kubersihkan bagian depan, penuh debu. Kata Tio gudang ini telah lama tak dipakai, pantas saja kotornya minta ampun untungnya aku tak terlalu takut dengan kecoa atau tikus hanya saja aku risih untuk bersentuhan dengan hewan-hewan tersebut. Setelah bagian depan selesai, sekarang waktunya bagian belakang. Ada banyak kardus berserakan disitu, haruslah kutata rapi, satu per satu ku tata menjadi sebuah tumpukan yang cukup tinggi. Setelah semuanya rapi, kini aku tinggal menyapu lalu mengepel lantainya. Ini bukan pekerjaan yang berat, walaupun dulu waktu aku di Jakarta tak diperlakukan seperti disini, namun aku tergolong dalam anakrajinlah, haha sombong sedikitlah J.

‘sabar, sedikit lagi juga selesai.. huh !” gumamku sambil melemaskan badanku yang dari tadi membungkuk untuk mengambil kardus-kardus lalu berdiri lurus untuk menatanya.

Cukup banyak kertas yang aku sapu, untuk memudahkannya kertasnya aku jadikan satu dan kemudian kutaruh di kantong plastik besar yang nantinya dibuang. Sambil istirahat, aku duduk di lantai sembari membaca-baca kertas yang berserakan di sekitarku yang belum sempat aku sapu.

“ada envelope coklat gede tuh, hehe siapa tahu isinya uang. Kalau banyakkan bisa buat kabur” canadaku untukku sendiri pastinya agar tak larut Dalam kesedihan dan kebosanan. Kubuka envelope tersebut, hanya untuk iseng tak terlalu serius seperti isinya uang banyak saja. Dalam envelope tersebut ada alamat tujuan yaitu alamat rumah ini,  dan Ibuku lah orang yang dituju “Kepada : Santi Rismanto”

Isinya ???

Isinya ada surat, mungkin surat dinas atau apa, kucoba membacanya dari  bawah. Tertanda Rudi Setyawanto. Siapa ini ? Aku mulai serius dalam membaca surat tersebut.

 

Untuk kasihku,

Santi Rismanto

 

 

Miss you,

Mungkin saat membaca ini, kamu bertanya-tanya apa aku tahu jika kamu ada di rumah ibumu. Mungkin ini hanya firasat saja kalau kamu ada di rumah ibumu. Kamu dihubungi sama sekali tak ada kabar, aku mencarimu kemana-mana. Aku khawatir denganmu juga anak kita yang sedang kamu kandung. Aku juga tak tahu mengapa kamu pergi tanpa memberitahuku. Aku tak berani untuk ke rumah ibumu, kau tahu sendiri kan ? Ibumu tak menyukaiku. Kemarin ayahmu menemuiku, ia memintaku untuk datang ke rumah. Tapi ibuku mencegahku, ibu mau aku meninggalkanmu. Tapi sumpah demi apapun aku tak ingin itu terjadi, aku hanya mau bersamamu, sudah berapa lama kita bersama namun orangtua kita masing-masing tetap saja tak merestui kita.

Bagaimana kabar anak kita ? ia sehat bukan ? aku harap begitu. Aku berharap, sebelum anak kita lahir, aku sudah ada di sampingmu. Sekian, jika kau menerima surat ini, tolong balas.

 

 

Tertanda,

 

Rudi Setyawanto

 

Apa ?? kalau ia bilang “anak kita” berarti itu ayah aku ? aku jadi lupa untuk kembali membersihkan gudang ini. Lalu apa maksud jika orang  tua mereka tak merestui hubungan mereka, namun mereka tetap saja menikah ? atau kawin lari ala ala sinetron ? atau… ?? ehmm. Langsung kusimpan surat beserta envelope tadi karena terdapat alamat yang kemungkinan itu adalah ayahku. Aku harap iya L

Kembali ku menyapu lantai gudang ini, sepanjang menyapu aku terbayang-bayang oleh surat tadi. Apa benar itu ayahku ? atau jangan-jangan itu ayah Afra ? atau ayahku juga ayah Afra ? ah ! kata orang, aku dan Afra tak ada miripnya sama sekali, aku pernah berfikir apa aku dan Afra itu tak sekandung ? OWOWOWOWOOW ! COMPLICATED !

Aku keluar dari gudang untuk mengambil alat pel serta kuniatkan untuk kembali ke kamara sebentar menaruh dan menyimpan envelope tadi.

“Tiwi ! kerjaan kamu sudah selesai ?” tanya Tante Rani yang tiba-tiba sudah ada di belakangku saat aku akan masuk ke kamar.

“e…e… belum, tinggal ngepel.”

“terus ngapain kamu ke kamar, sana lanjutin ! sepeda motornya mau datang !” pamer Tante Rani.

“mau ambil karet rambut tan” jawabku sebagai alasan masuk ke kamar.

Setelah berhasil menyimpan envelope tadi, aku segera keluar dari kamar dan mengunci rapat kamarku agar tak seorangpun bisa masuk ke kamar. Kulanjutkan pekerjaanku, sungguh lelah L .

Selesai dari membersihkan gudang, tepat sekali waktuku. Motor yang ditunggu-tunggu dan dibangga-banggakan oleh Tante Rani datang, maklumlah orang baru kaya dianya, hahahah v_v . aku segera menghampiri Tante Rani yang tengah tersenyum lebar.

“Tan, aku izin mau tidur siang, boleh ?” aku haruslah izin jika mau tidur siang. Tante akan mengizinkanku jika pekerjaan yang harus aku kerjakan sudah selesai, jika pekerjaanku belum terselesaikan walaupun itu tengah malam dan paginya harus pergi ke sekolah Tante Rani tetap tak ada toleransi kepadaku. Dan untungnya kali ni aku mengerjakan tugasku dengan baik, kini aku diperbolehkan tidur siang. Namun itu hanyaa tipu belakaku, aku bukan mau tidur siang melainkan untuk menyelidiki surat tadi. Aku benar-benar berharap surat itu dari ayahku, aku akan mencarinya, PASTI !

Hanya saja…

Surat itu ditulis dan dikirim oleh Pak Rudi pada tahun 1997, apa iya alamat yang tertera tersebut sekarang masih ditempati oleh Pak Rudi ? hmm.. sejenak kupikirkan tentang rencanaku. Kusimpan baik-baik surat tadi dan pastinya sudah kucatat ulang alamat milik Pak Rudi.

Tanpa terasa aku tertidur dengan memegan surat tersebut. Untungnya pintu kamar sudah ku kuci, antisipasi jika tiba-tiba Tante atau nenek atau Om masuk ke kamar. Aku yakin surat itu jika di tanganku maka mereka akan berusaha merebutnya, karena dari dulu mereka tak mau aku tahu tentang keberadaan ayahku.

Paginya…

Tokk…tokkk…tokk.. ! “Tiwi bangun !! katanya mau tidur siang, tapi kenapa tidurnya sampai pagi beginian ? cepat bangun ! cuci baju, cuci piring, terus bersih-bersih rumah. Kali ini kamu nggak usah belanja. Soalnya aku sama nenek mau pergi, dan kamu jaga rumah ! awas kalau pergi !”

Huh, pagi-pagi sudah diomeli sang majikan -___- begini caranya aku beri judul “majikanku tanteku anjingku” hahahaha. Saat aku sedang mengambil pakaian kotor di kamar Tante,

“kamu jangan pergi-pergi ! selesaikan pekerjaanmu, aku bakal pulang nanti jam 2 siang.”

“iya iya, bawel banget sih lama-lama ni orang. Kalau begini namanya bukan keponakan tapi babu” batinku.

Sekitar pukul 09.00 mereka (nenek, tante, Tio dan Om) meninggalkan rumah, katanya ada acara pernikahannya Om Fhang, adik Ibuku juga tante. Teganya mereka tak mengajakku L -______-.

Saat mereka pergi, ini adalah kesempatan untukku menjalankan misi rahasiaku. *ngedipin mata*

 

Aku berjalan menuju kamar Tante Rani, ehem ! mungkin ini hal pertama kali seumur hidup, aku harap ini pertama dan terakhir. YAP ! aku mau mencuri sesuatu.. sssttttttt jangan berisik (haha). Apa yang aku curi ?

Emas ?

Perak ?

Atau semacam perhiasan ?

Atau benda berharga lainnya ?

B.U.K.A.N !

Untuk apa aku mencuri perhiasan, kali ini aku akan mengambil HP. Bukan HP milik Tante atau nenek atau Om, melainkan Hpku sendiri yang kemarin disita oleh Tante Rani. Bukan hanya HP, namun juga uangku yang diambil oleh tanteku, lumayan lah 2juta.

Aku mengambil ini bukan tanpa sebab, hari ini juga aku akan mulai menjalankan misiku. is my mission?

Hari ini aku akan menuju alamat Pak Rudi. Dan alasan mengapa aku mengambil uangku yang disita adalah untuk transport srta makanku nanti di jalan. Sekarang ini aku berada di Banten, sementara alamat tadi ada di Bantul Yogyakarta. Jauh bukan ? SANGAT !

                        Rencananya, aku akan kesana dengan naik Bus. Kiranya aku tahu menahu tentang transportasi ? ENGGAK -___- . terminalnya dimanapun aku tak tahu, cara memesan tempat duduknyapun aku tak tahu. Di Jakarta aku terbiasa dengan kendaraan pribadi. Aku kembali menyusun strategi baru. YAPP ! (lampu muncul di atas kepala) .

Akupun langsung menuju garasi yang tadinya gudang yang aku bersihkan. Yang tadinya aku berniat untuk ke Yogya naik bus, aku berubah fikiran. Akan ku pakai motor baru milik Tante Rani, mungkin ini hal bodoh bagiku meminjam barang orang tanpa izin terlebih dahulu, jika aku izin pada Tante, ada-ada aku tak jadi pergi.

Akupun kembali ke kamar untuk mengemasi barang-barangku lalu ku masukkan kedalam tas sekolahku. Tak lupa untuk meminjam helm milik Om Jaya. Kringgg….Kringggg… ada telepon, barang kali itu dari Tante atau nenek, sebaiknya aku angkat agar mereka tak curiga.

“halo ?”

“Tiwi, tolong kamu pergi ke pasar beli sayuran ya ! ntar ada saudara yang datang. Kalau bisa beli buah sekalian. Kamu bawa saja motor tante, bayarnya belakangan saja biar tante yang datang ke pasar besok.”

Heay ! yes ! yes ! aku bukan senang karena di suruh belanja. Aku senang dengan begitu aku bisa bebas pergi, ke pasar ? nggak lah ! tapi itukan perintah tante. Masa bodoh, perintah tante yang suruh bersihin rumah saja belum aku lakukan.

“aku akan segera pergi !” kataku semangat.

Ku gas motornya, mulai kulajukan motornya. Sesampai di jalan raya yang besar.. ehhhmmm kearah mana ya ? sana ? sini ? situ ? ckkkk ! masa iya aku tanya pada orang jalan ke bantul mana ? malu dong !

Sepintas ku melihat papan reklame bertuliskan “Terminal è “ Apa aku naik bus aja ya ?  

[[ nggk ngerti pastinya sih, coba deh naik bus travel. Pasti nyampe, tapi harus pesen tiketnya dulu. Kamu mau ke Jogja ? ngapain ? kata tantemu kemarin waktu aku ke rumahmu kamunya lagi di Jakarta ? ]]

[[ okey, makasii, ntar deh kalau ada waktu aku ceritain J ]]

Untuk sementara waktu aku akan tidur diiiii, ntah lah. Yang penting aku pesan tiket bus dulu sebelum Tante Rani menemukanku di sini.

Dengan susah payah karena aku sama sekali tak tahu cara memesan tiket, akhirnya sekarang aku bisa mendapatkannya besok karena loket sudah mulai tutup.  Dengan begitu kini saatnya aku berfikir bagaimana dan dimana aku bisa tidur. Kuputar otak, tapi tetap saja buntu.

Hari mulai petang, aku masih belum menemukan tempat untuk istirahat, mana mungkin aku menyewa kamar hotel uangku akanku pergunakan untuk memesan tiket esok. Sebenarnya masih cukup, tapi uang itu untuk persediaan di Jogja nanti.

“kalau besok beli tiket, uangku bakal masih seperempatnya…. disana aku nggak tahu jalan, kenal sama siapa pun aku nggak ngerti. Ahhhhh !”

Dengan sangat terpaksa, aku melangkahkan untuk mencari tempat penginapan yang MURAH. Ada nggak ya ? bensin motor hampir habis, aku pun berhenti di POM untuk mengisi bensin dan membeli air serta makanan. Dari tadi siang aku belum sempat makan.

Mungkin ini perbuatan yang nekat, tapi bagaimana lagi. Aku tak mau terbelenggu, di hina seperti itu tanpa sebab. Aku juga punya hati. Akupun bisa melawan.

“mas, di daerah sini ada penginapan nggak ya ?” tanyaku kepada petugas POM.

“penginapan ? mmm ada, mbaknya keluar dari sini lurus aja, nanti ada pertigaan nah mbaknya ambil yang kanan. Lurus aja nanti bakal ada deretan penginapan.”

“jadi lurus, belok kanan ? makasi ya mas”

“iya mbak sama-sama”

“permisi mas” ku tinggalkan POM lalu menuju tempat yang diarahkan oleh petugas tadi.

 

“lurussss, nah itu dia pertigaan”

O ow…. ada polisi lagi ngerazia pengendara. MAMPUS ! gimana nih ? Okey, kugunakan trik Om Jaya. Jalan tetap santai. Saat melewati polisi tersebut, UHHHHH aman… jurus Om Jaya manjur di aku, hahaha.

Ku belokkan motor menuju arah kanan, ini memang gudangnya penginapan. Kulihat papan reklame yang isinya harga-harga penyewaan kamar. Paling ujung paling murah. Hahahaha. 1 malam = 200.000 . aku yakin fassilitasnya yaaa begituan. Tak apalah, aku menginap juga hanya satu malam saja.

Langsung kulangkahkan ke recepcionis, kupesan satu kamar yang MURAH. Aku yakin recepcionis nya bakalan heran aku nyewa kamar, pasti dikira yang enggak-enggak. Wajahku termasuk masih anak-anak banget, namun untungnya tinggiku sudah seperti anak dewasa. Langsung kubayarkan 2 lembar uang 100ribuan. Lalu menuju kamar no.8. Hotel kecil ini nggak rame, hanya ada beberapa orang yang menginap disini. Disini juga hanya ada 15 kamar.

“huaaaaaa, enaknya…” kurebahkan badanku di temapat tidur yang lumayan empuk. Tiba-tiba terpikirkan sesuatu, UANG. Kini uangku tinggal 750ribu, jika untuk membeli tiket esok berarti uangku tinggal 500an ribu. Belum untuk makan, dan sekiranya hidup di Jogja nanti. AHA ! ada ide  yang melayang-layang di atas kepalaku, aku tak akan membeli tiket Bus, juga pastinya tak akan naik Bus travel. Aku akan mengendarai motor, masalah jalan aku akan mengikuti Bus Travel dari belakang. Pagi esok aku akan ke terminal pagi sekali, tak lupa berencana untuk isi full bensin aku tak mau kehilangan jejak bus travel. Jika kehilangan jejak, mampuslah aku ! okey saatnya tidur, dan bersiap untuk menjalankan misi. Hahaha LOL ! ini gila !

Paginya, aku terbangun pukul 04.30 WIB bergegas aku mandi. Sekitar pkul 05.00 WIB aku meninggalkan hotel ini. Kuarahkan motorku menuju POM lalu kulanjutkan menuju depan terminal Bus.

“pak, bus dari sini ke jogja udah berangkat belum ya ?” tanyaku pada seorang petugas penitipan sepeda motor sekitar pukul 06.00 WIB.

“wah kurang tahu saya. Ada juga dari sini ke Semarang. Nanti setengah jam lagi.” Katanya

“oh begitu, makasi ya pak”

“iya, sama-sama” jawabnya kembali bertugas.

 

Aku tahu, Semarang itu lumayan dekat dengan Jogja, aku bisa sampai Semarang lalu mengikuti lagi Bus jurusan Semarang Jogja. Hmmm, kelihatannya sih mudah-mudah aja, ntah nanti diperjalanan. Aku seperti tampilan mau mudik, aku menggendong tas yang lumayan berat. Isinya adalah semua perabotanku.

Nah ! itu dia Bus menuju Semarang, akhirnya sekian satu jam menunggu datang juga. Okey ! gowesssss! Tiba-tiba ku rem sengaja motornya. Di belakangku ada Bus yang akan menuju Jogja. Hmmm, okey bus yang di belakanglah yang akan ku ikuti.

Nggak tahu udah nyampai mana aku -_-. Bus yang aku ikuti banyak berhentinya buat makan sama ibadah, ehmm untunglah itung-itung aku juga ngikut ibadah hanya saja makannya seadanya -_- secara aku buka penumpang bus itu, jadi beli sendiri.

Beberapa jam kemudian,

Sungguh lelah mengikuti bus dari belakang. MENGIKUTI itu ya dari belakang -_- kalau dari depan namanya memandu. Dan lega banget akhirnya sampai juga di Jogja.

Huh lega banget akhirnya sampai, sekarang saatnya mencari tempat tinggal sementara. Kalau aku ingat apa aku ada saudara di Jogja aku pasti bakal numpang. KALAU ada -_-. Dan bagaimana aku tahu apa ada atau tidak, siapa saudaraku aja nggak ngerti. Seingatku dalam surat yang kuduga itu dari AYAH, kupastikan alamat itu adalah alamat rumah ayah ataupun orangtuanya (kakek nenek). Ku keluarkan alamat rumah yang sempat kucatat di kertas kecil. Takutnya nanti envelopenya hilang terus aku tak punya alamatnya kan GAWAT ! sudah jauh-jauh kesini kok alamatnya hilang, nggak ngeh banget kan ? ini pelajaran dari sinetron-sinetron yang aku lihat :D.

“pak, tahu alamat ini ?” tanyaku kepada bapak tua pengayuh becak (tukang becak maksudku)

“oh ini, ini di bantul mbak” jawabnya. LHOH ? Bantul kan Jogja ? lah ini mana ?????

“bantul sebelah mana ya pak ? terus ini mana ?” tanyaku, duhhh keliatan kalau IPSku jelek.

“sini sleman mbak, Bantul ki sebelah kono kae, sampean teko numpak bis sik kae. Mengko tekan Bantul. Sik yo mbak tak narik” katanya yang sedikit aku mengerti.

Ku langkahkan kakiku dan kutinggalkan sepeda motorku terparkir di pinggir jalan.

“pak, kalau mau ke Bantul ke arah mana ya ?” tanyaku.

“Mbak ! mbak ! sampean sik due motor kae po ? kae dalehke, kui dudu parkiran !” kata seorang bapak-bapak yang tampilannya cukup menakutkanku dari belakang. Aku hanya sedikit mengerti apa yang beliau katakan, tapi aku nggak mudeng. Dan apa yang harus saya lakukan ?

“maaf, gimana pak ?”

“walah ! wong jakarta to, itu motor yang disitu milik kamu ?”

“iya, emang kenapa pak ?”

“tolong jangan parkir disitu, situ bukan tempat parkir” katanya sambil menunjukkan dimana keberadaan sepeda motorku.

“oh, baik pak. Maaf” tanpa menunggu jawaban orang yang aku tanya, aku menuju motorku untuk memindahkannya… Hmmmm habis bapaknya nakutin x.x

Setelah memarkirkan di TEMPAT yang BENAR, aku mencoba tanya-tanya pada orang sekitar DIMANAKAH BANTUL itu ?????

Dan pada akhirnya ada seorang ibu-ibu yang mengarahkanku, untunglah.  Setelah menggambar denah (ceileh) di kertas dimana dibaliknya adalah alamat yang aku tuju. Ku gas sepeda motornya, dan mulai mengurai jalan yang sama sekali asing bagiku.

Setelah tepat aku menginjak TANAH BANTUL , wkwkwkwkwk. Aku mencoba menanyakan alamat apada warga sekitar. Satu orang tak tahu, dua orang tak tahu, tiga orang bukan orang situ jadi juga nggak tahu, dan orang ke empat akhirnya TAHU.

Ehmmm, menyinggung orang yang tahu alamat itu, dia anak kuliahan. Darimana kau tahu ? apa itya aku tanya dia siapa, kuliah atau kerja atau sekolah ? MANA MUNGKIN ! tau lah, dia kan pakai jas kuliah :p hahahaha! Emmm sekitar umur 20 *sok tahu.

“saya bisa nganter sampai sini mbak, untuk selanjutnya kamu mabknya lurus terus, kalau udah ada pertigaan tanya sama penduduk” katanya.

“oh, makasih mas “ kataku dengan TULUS. Waahahahahaha gimana nggak tulus ? mas nya aja guanteng buangetttt. (EH ini tadi awalnya cerita mengenaskan kok jadi love love -_- nggak nyambung banget)

Berjam-jam menyususuri jalan. EHEM ! perasaan aku sudah melewati tugu ini 3kali -_-. Setelah melewati tugu 3 kali, akhirnya aku jumpa dengan nenek-nenek. Apa itu nenek aku ya ? wahahaha !

“maaf nek, mau nanya. Tau alamat ini tidak?” tanyaku dengan SANTUN.

Lalu nenek tersebut mengambil kertas dariku yang bertulisakan alamat rumah yang kucari. Dengan heran nenek itu menatapku. EHEMMM ! kenapa nenek ini menatapku dengan begitunya ? apa benar ini nenekku ? ahhh rasanya ingin kupeluk *lebay.

“ini alamat, rumahnya disamping rumah ini” katanya.

OH ! ternyata nenek itu herang bukan karena aku itu cucunya, tapi karena alamat yang aku tanyakan adalah rumah yang ada di sampingnya. Kenapa aku nggak lihat-lihat dulu ya ???

“terimakasih nek, mari” kataku permisi dan mulai menghampiri rumah yang nenek itu tunjukkan. Rumahnya kok sepi ya ? Ehmmm, coba ketok dulu deh…

*tokk tokk tokkk “assalamu’alaikum ! permisi”

Sambil menoleh dan mengintip di sela-sela jendelanya, sepertinya tak ada orang. RUMAH ini kosong ! dari kaca jendela, UPS KAGET MBAH !!!!!!

Nenek yang tadi itu sudah ada di belakangku,

“eh nenek, kaget saya. Ada apa nek ? oh iya, ini kosong ya ?”

“ini rumah sudah nggak di pakai, kosong nak” katanya POLOS.

Kenapa nggak bilang daritadi nek ?? hasyaaaahhhh batinku mungkin neneknya jawab “lu kaga tanya ada penghuninya kaga ! kan lu Cuma nanya alamatnya doang” huahahahhaahhaahhahahahahahhah nggak lucu.

“terus yang punya rumah dimana nek ? “ tanyaku. EHEM sepikirku sih mungkin orang yang punya rumah ini sudah meninggal. UPS !

“pindah rumah, di desa sebelah. Kamu kalau mau kesana kalau mau lebih dekat jalan kaki saja lewat kebun. Tapi kalau nggak mau mlaku  ya lewat jalan besar. Tapi lama” jelas beliau, nenek itu fasih banget ngomong indonesianya. NJUK NOPO ?

Hemmm, mana mungkin aku meninggalkan sepeda motorku sendiri disini (ini kan mukan sepeda motorku, milik TANTE RANI)

Oh iya, apa kabar dengan Tante Rani, Nenek, Om Jaya dan Ibu serta Afra adikku ????

 

Di tempat yang berbeda,

“Tiwi belum pulang bu ???” suara terdengar dari telepon genggam Nenek.

EHEM, ternyata mereka khawatir akan kaburnya aku. EH EH khawatir takut aku hilang atau khawatir nggak ada yang bersihin rumah lagi ? AHHHH MBUH !

“belum, ini juga Jaya sedang mencari anakmu. Disini sangat khawatir sekali. Sudah satu minggu kurang dia tak pulang.”

Awawawawwwa ternyata aku dirindukan (nggak tau kalau ini genting).

“yang pasti dia tak diculik, soalnya dia bawa sepeda motornya Rani, dia juga bawa uangnya. Baju-bajunya sebagian dibawa” untai Nenek membuat sekumpulang suara di telepon.

“itu anak ngrepotin banget ! bikin susah orang saja ! besok kalau masih juga tak ditemukan biarkan saja dia menghilang Bu” seru ibuku lewat telepon.

ASH ! ternyata…. apa-apaan ini ? Untuk apa mereka mencariku kalau pada dasarnya mereka juga berpikir aku tak ada gunanya (ada gunanya kok , YAITU MELAKSANAKAN TUGAS RUMAH) -_-

“jangan begitu, Tiwi juga kan anakmu gimanapun juga dasarnya, kan dasarnya juga itu anakmu. Hanya saja Ibu tahu kamu tak menginginkannya” kata Nenek

Eh ! apaan tuh maksudnya  TAK MENGINGINKANNYA (KU) ????

 

Di Bantul…..

Setelah beberapa menit dengan susahnya mencari alamat, sungguh tak percaya. Tempat yang aku cari kal ini berbeda dengan trempat di desa sebelah tadi. Yang tadi aku lihat adalah tak terurus, kecil, cat kusam gersang, pot pecah ! SEKARANG ??? ini rumah lebih besar dari rumahku yang ada di Jakarta maupun rumah Nenek.

Apa aku salah rumah ? coba deh aku tanya dulu sama tukang ojek mumpung ada pangkalan ojek.

“pak, rumah itu milik Pak Rudi Setyawanto ?” tanyaku BAIK-BAIK.

Kali ini aku takut, tukang ojeknya KURANG AJAR ! dia mencoba-coba menyentuhku. Untunglah ada seorang bapak-bapak datang. Ia betjas, berdasi, sepatunya CLING *ada bintangnya. Ehmm, jadi anak kuliahan masih cocok kok 😀 hahahahahha ganteng ! tapi sudah tua -_- masa iya seorang Tiwi sepertiku ini menyukai bapak-bapak ??? NGGAK MUNGKIN !!!!!!

“sini dek, ada yang bisa saya bantu ?” kata bapak ganteng itu.

Kutunjukkan alamat rumah desa sebelah tadi,

“apa bapak tahu yang punya rumah ini dulu ? soalnya tadi saya sudah kesana tapi kosong. “

Bapak Ganteng itu mengamati cermat alamat itu, siapa tahu dia tahu 😛 ya kan ?

“kamu dari mana ? dan tujuan mencari rumah ini ?”

“oh iya, nama saya Tiwi… saya Dari Tangerang pak, kesini mau cari seorang. Nah saya mencari yang bernama Rudi Setyawanto. Barang kali bapak kenal ?” tanyaku.

“Rudi Setyawanto ? iya saya sendiri, ada keperluan apa adik mencari saya ya ? dan memang benar ini rumah yang sekarang di tempati” jawabnya yang sangat sangat membuatku kaget, ada rasa senang… OHHHH apa ini ayahku ? berarti aku sempat naksir sama ayahku sendiri ? AHAHAHHAHAHAHAHA aku mimpi ??? ohhh apa iya bapak ganteng ini adalah ayah kandungku ???? okey, tetap tenang J

“emmm, sepertinya hal ini tidak bisa saya bicarakan di jalan, takutnya ada yang mendengar” kataku SOK.

Lalu bapak ganteng itu mengajakku ke rumahnya, saat masuk dari gerbang yang menjulang tinggi mewah, ASJHGUIFUIFU ini rumah atau istana ? atau jangan-jangan bapak ganteng ini hanya seorang pekerja disini -_- LUPAKAN !

Lalu ia mempersilahkan aku duduk di sebuah pendopo taman depan. Udara di sini sangat sejuk, banyak pepohanannya, beda jauh antara rumah ibu dan nenek :p.

“mau minum apa dik ?” tawar beliau.

“ah tidak usak pak, saya baru saja minum, heheh” kataku bohong, padahal daritadi aku belum sempat minum. Tapi tenang di tas ada air mineral kok. Lagian kan tujuanku ke sini mau cari ayahku yang SESUNGGUHNYA, bukan cari minum -_-.

“jadi, untuk apa kamu mencari saya ? “ tanya beliau. HUH rasanya ingin segera aku tanyakan apakah dia itu ayahku atau bukan. Hohah

“emmm, begini, apa bapak mengenal wanita yang bernama Santi ???” tanyaku sedikit gemetar.

“Santi ? Santi siapa ? soalnya saya banyak mengenal nama Santi ?”

“Santi Rismanto, pak ?”

Tiba-tiba bapak itu diam… apa benar beliau mengenal ibuku, dan apa benar ia adalah ayahku ? aku jadi tak menentu seperti ini, aku segera ingin tahu apa benar dia adalah ayahku ? AHHH !

“iya, saya kenal. Tapi kamu siapanya ya ? apa sekarang Santi denganmu ? dia dimana ?” tanya keheranan beliau sambil menatapku dengan binar matanya. O owww…

“saya anak pertamanya, sekarang ibu saya (santi ada di Tangerang) lalu apa bapak… emmm sebelumnya minta maaf… apa bapak adalah ayah saya ?” kataku tanpa berfikir dahulu, kali ini aku memang ingin cepat tahu apa beliau ayahku atau bukan. Kalau memang ayahku, akan aku ceritakan apa yang terjadi selama ini dan aku akan menetap disini, aku terlalu muak tinggal dengan nenek maupun ibu, mereka terlalu padaku.

“emmm, sebentar..” bapak itu masuk kedalam rumahnya meninggalkanku duduk termenung dengan penuh tanda tanya dan pengharapan.

Cukup lama aku menunggu beliau keluar, aku bisa maklumi itu. Mungkin karena rumahnya terlalu lebar haha. Sambil menunggu beliau keluar, aku sibuk melihati taman di sekitar.

Ini benar-benar beda dari Jakarta… huh aku ingin tinggal disini. Hahaha ngarep! Setelah beberapamwaktu kemudian, akhirnya beliau datang membawa sebuah buku. Ehemmmm.. buku apa ? matematika ? goegrafi ? atau apa ?

“itu buku apa pak ?” tanyaku sergap sebelum dia menucap sepatah katapun.

“lihat” jawabnya sambil membuka lembaran-lembaran buku. Ini bukan buku biasa, bukan buku ajaib -_-. Ini adalah buku kenangan, dimana aku bisa mencari petunjuk dari buku ini.

“lihat laki-laki yang ini, kamu mengenalnya ?” tanya Bapak tersebut.

“ini ??? tidak pak, memang ini siapa ?” tanyaku yang semakin bingung. Kenapa bapak ini malah menujukkan foto orang lain ? kan aku tanya apa dia ayahku atau bukan ? -_-

“jadi begini… emmm sebentar, apa kamu punya adik ?” tanya beliau.

“iya.. saya punya  satu adik perempuan. Namanya afra” jawabku singkat.

“baiklah, sebenarnya saya bukanlah ayah kamu..” katanya belum selesai.

OH, ternyata dia bukan ayahku L lalu dimana ayahku ??????? batinku.

“saya hanyalah sahabat ibumu, tapi bisa dibilang aku adalah ayahmu.” Lanjutnya.

“maksud bapak ?” aku semakin tidak mengerti apa yang beliau katakan.

“saya adalah ayahnya Afra. Jadi begini, dulu ibu kamu menikah dengan sahabat saya yang bernama Rio Ardinsastra. Tapi secara sengaja ibumu berhubungan dengan saya, saya sebenarnya juga tak sadar. Saat ibumu dengan saya, ibumu sedang mengandung kamu. Sementara ayahmu tak tahu kalau aku saya dan ibumu ada hubungan yang lebih dari sahabat. Satu tahun setelah kamu lahir, kami melanjutkan hubungan di belakang ayahmu. Jujur, saya mencintai ibumu, dan ibumu…. entah….” jelasnya belum usai namun sudah kupotong dengan sebuah pertanyaan.

“lalu kemana ayah saya ?????”

“sebentar,  saat kamu berusia 2 tahun, ayahmu ada tugas di luar kota selama 6 bulanan. Nah pada kesempatan itu saya dan Santi semakin dekat, sementara kamu di urus oleh nenekmu (orang tua santi). Entah dalam keadaan sadar atau tdak malam itu kami berbuat sesuatu yang sama sekali tak terpuji. Namun kami sama sekali tak keberatan. Hingga 6 bulan berlalu saat ayahmu pulang, Ibumu kaget.. ia hamil lagi, lalu ia memberitahukan pada Rio. Rio cukup pintar, ia tak bisa di bohongi, ia yakin kalau anak yang sedang di kandungnya adalah bukan anaknya. Lalu ayahmu membawa ke dokter, hingga Rio tahu kalau itu adalah anakku. Rasa  bersalah selalu ada dalam hati hingga saat ini. Namun ibumu hanya membiarkan ayahmu menceraikannya,  aku tak tega dengan Rio juga santi. Dan setelah 9 bulan mengandung, akhirnya anak santi juga anakku lahir, aku senang mendengar kelahiran anak itu, namun Santi malah pergi dengan bayinya meninggalkanku hingga sampai saat ini. Dan saya pikir Afra adikmu adalah anak saya.”

“ayah saya ???”

“hemmm, jujur sudah lama sekali saya tak berhubungan dengan ayahmu (Rio). Dia marah besar pada saya, tapiiii… sebentar” ia kembal masuk ke dalam rumahnya untuk mengabil sesuatu.

Ohhh, ternyata seperti itu ceritanya… AKU bingung, bimbang *not GALAU :p

Keluarlah Pak Rudi tanpa membawa apa-apa. Tiba-tiba seorang wanita keluar dari rumah, cantik, putih, tinggi emmmmm tipe tipe seperti ibuku.

“ini kartu nama saya, nanti kamu hubungi saya lagi ya. Sekarang saya tak ada waktu” kata Pak Rudi sepertinya ia tak mau membicarakan hal ini di depan wanita itu.

“Óh baik pak, saya permisi dulu. Terimakasih” kataku sambil mengambil ranselku.

Saat aku berjalan meninggalkan rumah itu,

“itu siapa pa ?” tanya wanita itu.

“itu… emm itu teman Jerry yang mau nyari kerjaan  ma” jawab Pak Rudi yang sempat kudengar.

Oh itu istrinya.. ya ya ya. Dan mungkin Jerry adalah anak mereka. Hmmm, sekarang saatnya cari tempat perisirahatan yang nyaman. Saat keluar dari gerbang,

“loh kamu ? kok disisni ?” tanya lelaki yang cukup mengagetkanku. Dia adalah laki-laki yang menunjukkan alamat yang aku tuju.

“iya, habis bertemu dengan Pak Rudi. Kamu tinggal disini ?” tanyaku juga penasaran. Apa ini yang namanya Jerry ?

“iya.. oh ketemu papa.. memang ada keperluan apa ? aduhh kok jadi kepo gini ya aku, heheh maaf ya. Oh iya, aku Jerry. Kamu ?” sapanya dengan sopan dan manis (wkwkwkwkw cieee cieee).

“aku Tiwi, hehe iya nggak apa. Em yaudah saya permisi dulu ya, dan terimakasih atas tadi” kataku dengan senyum yang MANIS. Wkwkwk gimana nggak manis ?? Jerry itu ganteng, kaya papanya *EH! Baik lagi.

“iya, sama-sama” jawabnya sambil menuju dalam rumahnya.

 

Akupun mulai mengegas sepeda motorku, UHHHHH kotor banget, seperti habis hujan debu saja. Terpikir untuk menyucikan motorku, ehh motor Tante Rani maksudnya. Tapi tak usah lah, kasihan uangnya :D. Aku tahu Jogja adalah kota pe;ajar, jadi aku tahu Jogja penyedia banyak kos, hahaha. Ini akan memudahkanku untuk mencari oenginapan selama aku di sini. TAPI… entah

 

“bu, masih ada kamar yang kosong ?”

“masih, tapi ini kos putra mbak”

“oh, maaf bu, nggak jadi. Hrhrhr!”

Mencoba mendatangi rumah kost satu per satu dan yang pasti bertulisakan “kost putri” , yeah KOST PUTRI yang benar-benar jauh dari tanda kutip J. Aku masih anak SMA nggak mau yang aneh-aneh.

“permisi pak, kamar kosong masih ada ?”

“emmm… sebentar saya lihat dulu”

Menunggu….

“oh masih ada mbak, gimana mau dipakai ?”

“emmm sewanya perbulan atau pertahun ya?”

“yaaa, terserah saja, memang mbaknya mau berapa lama ??”

“mungkin satu minngu pak, bagaiman boleh ?”

“baik, saya hitung dulu ya…. (menghitung) nah, satu hari 40.000, jadi kalau 7 hari 280.000 ribu. Bagaimana ?”

“baik,”

Nah, masih untung deh, daripada aku tinggal di hotel satu hari bakal lebih dari 280ribu -_-.

Malam ini kupuaskan untuk istirahat, agar esok bisa lebih tahan demi cari siapa sesungguhnya ayahku. Didalam kamar yang cukup kecil, akupun tertidur dengan nyaman.

Siang hari, aku membuat janji dengan Pak Rudi ayahnya si Jerry di sebuah kedai kopi. Di situ Pak Rudi memberiku alamat dimana ayah tinggal, karena aku tak tahu jalan di daerah ini Pak Rudi pun bersedia menemaniku menuju rumah tersebut. Aku harap itu memang benar alamat ayah.

Setelah tanya kesana kemari alamat rumah tersebut, akhirnya dapatlah aku dan Pak Rudi tepat di depan rumahnya. Dag dig dug rasanya, ini akan menjadi kali pertamanya aku berjumpa dengan ayahku setelah sekian lamanya. Pak Rudi mengetuk pintu rumah, berdirilah seorang wanita cantik membukakan pintu kami berdua.

“Pak Rudi ?” sahut wanita tersebut.

“Eh mbak, pak Rionya ada ?” tanya Pak Rudi.

“mari silakan masuk dulu,”

Ibu-ibu itu menyilahkanku dan Pak Rudi masuk menuju ruang tamunya. Cukup lebar, namun berpenghuni sepi sepertinya dalam rumah ini hanya ada wanita itu. Lalu kemana ayahku ? dan siapa wanita itu  sebenarnya ?

Bu Lea, wanita yang tadi itu bercerita panjang lebar yang cukup membuatku penasaran. Mengapa tak juga ia keluarkan ayahku ? beberapa kata yang cukup mebuatku kaget,

“Pak Rio telah lama meninggal,”

WHAT ?????

Ia membawaku dan Pak Rudi ke sebuah pemakaman, berdirilah nisan dari kayu yang usang bertulisakann “Rio A”. Tak kuasa menahan air yang terbendung ku keluarkan saja air ini. Pak Rudi dan Bu Lea pun juga. Aku tak pernah melihat ayahku, tapi aku melihat nisannya. Kini dengan siapakah aku hidup ? aku tak akan kembali dengan ibuku, lebih baik aku brada di jalanan, terombang ambing kejamnya jalanan dari pada tercabik-cabik oleh kejamnya ibuku.

Lea, adalah isteri kedua ayahku setelah ibuku mendamparkannya. Ayahku meninggal karena kecelakaan besar. Ia meninggal meninggalkan isterinya itu. Kini isterinya bersuamikan lagi. Ia tak mau memungutku, begitu pula Pak Rudi. Pak Rudi seorang ayah yang baik ternyata juga kurang ajar. Ia ternyata ayah Afra, mereka menjalin hubungan di luar pernikahan. Kini ia tinggal dengan isterinya yang dulu, dan mempunyai anak seumuranku yaitu Jerry. Pak Rudi tak mau memungutku, ia takut pada isterinya, ia takut jika rahasianya terbongkar. KEJI !

Kini aku hidup di jalanan. Bersarang dengan para gelandangan ganas. Yang mungkin saja bisa mencelakakan diriku sendiri. Namun tak ada lagi pilihan. Semua menelantarkanku, aku tak penting baginya, bagi siapapun.

Berbulan-bulan disini, berbulan-bulan aku tidur di tempat yang kumuh. Berbulan-bulan aku dipekerjakan oleh raja jalanan sebagai pekerja seks. Tak ada pilihan lain. Aku hidup untuk siapa ? kini aku mengandung anak, entah anak siapa. Aku tak peduli. Mungkin ini jalan terakhir, entah surga tau neraka. Bisa ku bilang aku menuju neraka karena berbulan-bulan aku mengerjakan kemaksiatan. Aku tak mau ini terjadi ! aku ingin mengulang semuanya, aku tak mau ! aku tak mau, aku tak mau, aku tak mau, aku tak mau. Aku mau mengakhiri dengan sebuah silet ini, biar dia jadi pemutus perkara ini. Aku akan mati dengan anak yang ada dalam rahimku ini. Aku tak mau menanggungnya. Aku tak mau ada orang sepertiku, aku.. aku.. aku.. aku tahu ini anak siapa. JERRY !

Ia sempat menawariku tidur di rumahnya, namun aku sadar diri, ibunya tak akan menerimaku. Karena aku sekarang ini tak lebih dari seorang gelandangan. Dia baik, dia mau membiayai kamar untuk tidurku selama berbulan-bulan. Aku kira itu gratis. Ternyata tidak. Dia inginkan lebih dariku, lebih dari uang. Dia menodaiku. Dia paksa aku. Dia tinggalkan aku setelah aku bilang bahwa aku mengandung anaknya. Sifatnya sama saja dengan ayahnya. KEJI !

Darahnya mengalir, mengucur, memerahi baju putihnya. Bayi yang tak bersalahpun ikut menangis merasakan pedihnya goresan silet pada lengannya. Hancurlah.

YOU SHOULD KNOW THAT :

ini cerita mengalir begitu saja, kalau mengalir tidak sengaja berarti maklum jika ada cerita yang ganjal. Judulnya saja sudah “ODD” yang artinya “GANJIL”. Sebenarnya itu cerita/tulisan kelas sembilan, emmm satu tahun yang lalu, inspirasi masih sempit (sekarang saja masih sempit belum meluas juga 😀 belum mluber)

Tinggalkan komentar